Matahari lumayan cerah,hangatkan tubuhku yang baru saja keluar rumah untuk menghabiskan hari liburku.Sesekali memang harus memanjakan diri,agar hidup itu nyaman dan santai.Selagi tidak mengganggu kepentingan orang lain,cuek itu syah-syah saja.Setelah puasa jajan selama 4 minggu,hari ini aku bisa ke ZARA untuk beli baju warna cokelat muda yang sudah kuincar dari bulan lalu.Yah hidup di perantauan memang harus pintar atur uang,setidaknya aku harus demikian.Agar bisa membantu keluarga dan menyisihkan sedikit untuk masadepan.
Lengkap dengan jilbab hijau,celana jeans dan kaos oblong putih tulang aku menyebrang jalan On King Street,menuju Shatin Plaza.Hanya butuh 10 menit dari tempat kerjaku.Kebetulan di sana ada perpustakaan juga,serta lapangan rumput untuk sekedar menunaikan sholat karena mushola hanya ada di Tai Po,atau Tsim Sha Tsui sana.Lumayan jauh,dan hari ini aku lagi ingin istirahat total.
HP bunyi,dan kulihat nomor kawan lamaku,Tia.
"Nit,aku main ke situ"
"Hai..okey,aku tunggu di Snoopy Land yah,depan ZARA tau?"
"Oh..tau-tau,kamu mau aku blikan jiongfen ga ?(semacam makanan ringan dari terigu)
"Ih..masih ingat aja kesukaanku,sip lah..coi kin (sampai jumpa)"
Senang rasanya jika bisa memiliki apa yang kita inginkan,sayangnya tidak semua keinginan bisa kita miliki.Tuhan tahu apa yang kita butuh,namun kadang tak memberi apa yang kita mau.Untuk hari ini aku cukup senang,bisa membeli baju ini.Yang ku suka,yang ku mau.
Selang 15 menit kawanku Tia datang,dengan mba Iyah.Walau baru ketemu,kami langsung ngerumpi saja.Meskipun aku tahu,ini hanya cara kami membunuh waktu,membunuh jemu,membunuh kesedihan yang terlalu banyak,terlalu mengakar.
Kami duduk di bawah pohon,tepatnya dekat toilet Shatin Park.Karena aku bisa mudah ambil wudhu jika waktu sholat tiba.Tempat bukan masalah,dimanapun itu suci kan ? Asal tidak di dalam toilet saja, juga kadang aku numpang sholat di atas kardus bekas yang menjadi tempat duduk teman dari Pilipina,di bawah Shatin Library.Itu jika hujan,karena di situ tidak terkena guyuran hujan,meski harus sholat diantara mereka hehehe,main judi kartu >.< Pas ucap salam ke kanan,mereka menjawab "Oh...Lord..i got king,yeaah..i win..i win !" dan aku ucap salam ke kiri ,mereka jawab "What the hell..aarrrrggg"
Sudah biasa dan memang begini,berada di negara non muslim.Beribadah itu perjuangan banget.Harus berfikiran luas,dan terbuka tapi jangan sampai terbawa ke jalan negatif.Semakin kuat tarikan,semakin kuat gesekan.Aku hadapi saja dengan lentur,tapi terarah.Maksudku,istiqomah ^_^
"Narti mulih nduk sesok,mau nikah katanya"ujar mba Iyah
"Lah..masih cilik ko"jawab Tia.
Aku hanya pura-pura sibuk makan jiongfen,jujur saja aku tak begitu suka bahas nikah,ga punya calonnya.Masih rahasia.Hanya mata bulatku saja yang ikut lirik dan kepalaku yang manggut-manggut tanda aku"care"dengan obrolan mereka.
"Kecil ? ya ga..cukuplah udah 24 dia"lanjut mba Iyah
"Kamu kapan Nit..?"Si Tia malah lempar pertanyaan padaku.
"Aku ? lei sin lah,lei cut sai sin mah (kamu duluan lah,kamu kan lahir duluan)"Jawabku penuh canda.
"Hahahaha..."Sisa obrolan itu hanya tawa,tawa penghibur hati yang kosong.
Jika jaman dulu 24 itu sudah termasuk tua(perawan tua)kalau jaman sekarang,wanita umur 30 saja masih santai melajang.Mungkin faktor jodoh,atau jaman aku kurang tahu.Entah...tiba-tiba aku teringat pesan Pak Muhaimin ,jika ada yang bertanya dan sifatnya memojokan Rasul,kita harus bisa menjawab dengan jawaban yang masuk logika,umumnya non muslim itu tidak akan puas dengan jawaban yang terkait hadist atau firman Tuhan.Kita harus bisa memberikan contoh yang lebih realistis bagi mereka.Misalnya,jika ditanya kenapa Rasul menikahi Aisyah pada saat usiaya baru 9 tahun? Jelas ini pertanyaan yang memojokan.Solusinya,jawab saja.
"Silakan Anda tanya pada ibu Anda,usia berapa dia menikah? Lalu tanyakan pada ibunya ibu Anda,lalu tanyakan pada nenek,lalu tanyakan pada ibunya nenek..lalu tanyakan pada neneknya nenek Anda dan seterusnya,hingga pada masa Rasul hidup jika perlu.Nah pada jaman itu,usia 9 tahun lumrah untuk menikah.Asal sudah haid,berarti sudah baligh"
Kesannya jawaban ini sepele,tapi betul sekali.Ibuku saja menikah umur 14 tahun.Aku ? hampir dua kali lipatnya tapi belum bertemu tulang rusuk juga.Mungkin jodoh di tangan Tuhan,liku hidup setiap insan juga berbeda.
Tia melaburkan lamunanku.
"Hey kamu kapan nikah Nit..kamu kan cantik,pinter baik lagi(itu kata Tia loh,bukan aku hikz)"
Aku masih bisu..tapi pelan dan pasti aku jawab,lembut...
"Ini mungkin pengaruh jaman..." Ujarku sambil menghabiskan sisa jiongfen dan menggelindingkan pandangan kedua bola mataku ke vertikal jalan,berkilau garis sinar mentari yang jatuh ba' benang syurga dari celah pohon harapan.Aku masih berharap akan kebaikan Tuhan.
Sibukan,persiapkan diri...hingga pantas Tuhan berikan yang terbaik.
----------------------****-----------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment