Saturday, February 25, 2012

Renunganku

Renunganku

Aku pernah mendengar topik ceramah tentang sedot pahala,yang disampaikan ustadz AG.Beliau guru SMA-ku dulu yang sangat ramah serta menghormati siapapun lawan bicaranya.Mungkin dia contoh dari seorang muslim yang betul-betul mendalami,melaksanakan dan meneladani sifat Nabi,subbahanalloh.Betapa aku masih jauh dari itu,bahkan sangat-sangat jauh.

Menapaki kehidupan dewasa,sungguh tak mudah yah ? Apalagi harus jauh dari orang terdekat.Masalah kecil seakan jadi duri yang menyakitkan sekali.Mungkin memang betul,kualitas keimanan seorang hamba itu kadang naik turun.Setidaknya itulah aku.Ujian seakan tak pernah berhenti,satu pergi,satu kembali.Apa ini dunia orang dewasa? Kenapa semua tidak berkurang sakitnya di hati ini,tak seperti saat aku masih kecil.Masalah bisa reda dengan tangisan saja.Tapi sekarang malah membebani sekali.Sering aku merenung,apa karena aku kurang bersyukur.Jika sedang terkena hal yang sangat pelik,mendengar ceramah rasanya benci sekali,seakan mereka itu tak faham akan kekecewaan yang aku rasakan.Ingin rasanya hanya membenci objek yang telah membuatku sakit,sedemikian sakit.Tapi apakah dengan kebencian,lantas aku akan menjadi baik ?

Sun Tin Village-Tai wai Februari 2012

Untuk sekedar membantuku agar lebih sabar,hari itu aku berpuasa.Meskipun itu tak sedikit mengurangi kesedihan dalam hatiku.Tugas kerja seakan menambah berat hari-hariku.Kaki melangkah gontai menelusuri jalan setapak,yang bersih sekali tak ada sampah satupun.Di sebelah kiri ada beberapa pasangan sejoli bersepeda menghabiskan waktu senja berdua,diantara garis sinar matahari sore yang menembus dari dahan-dahan pohon yang rindang.Kulihat wajah mereka bahagia sekali.Dunia masih indah,tapi aku di luar arena indah itu,meski mereka sangat dekat jaraknya.Apa betul,bahagia itu sebuah pilihan ?

Masih jauh,rasanya lama sekali untuk sampai ke tempat yang aku tuju,Helene Studio.Sanggar lukis milik seniman asal Jepang,dia juga ramah meskipun tidak seiman denganku.Jelas keramahannya hanya faktor profesionalisme saja.Yang juga sering aku praktekan,aku dan dia sama-sama belum sempurna.

Masih harus melewati belokan dekat bukit “Amah Rock”itu,lantas menyebrang jalan.Tempat ini tidak terlewati jalur “mini bus”jadi tak ada pililhan lain selain berjalan kaki.Aku menunggu jalan agak lengang,karena tak ada jembatan penyebrangan,ini sisi perkampungan di Hong Kong yang masih bersih dari polusi metrolpilitan.Pohon tinggi memenuhi kiri-kanan jalan.Mirip kampung Bunijaya,Gunung Halu Bandung tempat dimana aku menghabiskan masa kecilku dulu.Bedanya hanya tidak ada perkebunan teh saja.

Jalan sudah sepi,tapi mataku menghentikan langkahku.Kaku dalam diam.Terpekur untuk beberapa saat,seperti ada bongkahan batu tajam menghujam jantungku saat kulihat sebuah “school bus” berhenti tak jauh dari tempat aku berdiri.Aku bisa jelas sekali melihat satu per satu penumpangnya yang menunggu giliran untuk dijemput keluarganya.Wajah mereka tak terlihat senang,tak juga terlihat sedih.Berparas dewasa tapi tak kutemui kedewasaan dari sikapnya,mereka masih butuh bantuan orang lain.Ada yang duduk di kursi roda sambil senyum sendiri melihat awan yang menutup jingga matahari,ada yang meminum air dari sedotan botol yang digenggam penjaganya,sebagian jatuh kelantai tak sempurna ia menelan kesejukan air minum itu,mata dan hatinya seperti tak sejalan.Bahkan aku tak yakin kalau dia itu merasakan air itu sejuk.Mungkin.Lalu satu dari mereka dipangku turun oleh petugas,dipindahkan ke kursi roda keluarga yang menjemputnya,tubuhnya kurus dan jauh dari sebuah kata sempurna.Pemandangan ini tak jauh beda kulihat juga dari penumpang lainya yang turun satu per satu.Aku baca logo “school bus” itu,rupanya mereka mudir Sekolah Luar Biasa(SLB).Tuhan,maafkan aku.Tuhan,terimakasih Engkau masih memberikan fisik dan akal yang sempurna padaku.Semoga ini bisa jadi bekalku menjalani hidup,yang aku yakin tak mudah,tak juga selalu  indah tapi injinkan hamba selalu bersama-Mu.

Kupaksakan kaki untuk terus melangkah,menyebrang jalan dan meninggalkan “school bus” itu,yang sudah memberikan aku kesadaran akan nikmat Tuhan,lebih besar dari ujian hidup yang aku alami.Bekal kesempurnaan ini harusnya bisa membuat aku menjadi manusia yang sempurna.Berjalan dan terus berjalan,kini aku berada tepat di bawah bukit “Amah Rock” yang letaknya dekat dengan Helene Studio.Ada sebuah kisah,entah mungkin itu legenda dari penduduk setempat tentang asal mula kenapa bukit ini di beri nama “Amah Rock”.Amah mempunyai arti ibu,rock berarti batu,batu seorang ibu.Bukit ini tak terlalu tinggi,namum tepat di puncaknya ada sebuah batu berbentuk seorang ibu yang sedang menggendong bayi.Meski dilihat dari dekat-jauh,kiri-kanan,depan-belakang,tetap saja batu itu mirip seorang ibu yang menggendong bayi.Konon,pada jaman dulu kala,tinggalah seorang wanita di perkampungan dekat bukit itu berserta suaminya.Suatu hari sang suami pamit untuk mencari ikan,dia adalah seorang nelayan.Kemudian istrinya yang sedang hamilpun mengijinkannya.Satu hari berlalu,tapi sang suami belum pulang.Hari demi hari berlalu,sang istri sabar menunggu kepulangan suaminya bahkan hingga sang bayi lahir.Istrinya sangat setia menunggu,setiap hari menggendong bayinya ke atas bukit itu untuk kepulangan suaminya dari laut.Dewa laut yang telah tahu bahwa suaminya meninggal saat menjadi nelayan.Dewa itu merubah sang istri dan bayinya menjadi simbol kesetiaan sang istri pada suaminya,hingga sekarang batu itu masih ada dan aku bisa melihatnya.Tapi bagaimana dengan kesetiaan jaman sekarang ? Sepertinya aku belum pernah menemukan,atau itu hanya masalah waktu saja yang belum berbaik hati padaku ? Entah.

Dari cerita legenda itu aku sedikit belajar,bagaimana takdir itu memang terkadang pahit.Bahkan saat kedua belah pihak(istri dan suami)itu baik,saling bertanggungjawab dan setia,mereka harus tetap berpisah,berpisah oleh takdir.Yang membedakan adalah nilai kebaikan yang sudah mereka dapat,bukan pada hal apa yang mereka raih.Pertemuan dan perpisahan itu milik Tuhan.Aku mengetuk pintun langit,semoga dimudahkan jalan menuju kepada pribadi yang lebih mawas diri dan lebih baik lagi.Aku tak perduli harus bertemu dengan banyak orang yang tak baik,asal aku tetap berusaha untuk baik,biar Tuhan saja pelindungku.Ku masuki Helene Studio,tepat sebelum mahgrib tiba.

Kembali pada apa maksud dari sedot pahala  yang disampaikan ustadz AG waktu itu?Katanya saat dihari pembalasan nanti,saat amal kita diperhitungkan oleh-Nya.Mungkin kita membawa bekal amal,baik sedikit ataupun banyak.Tapi amal kebaikan tersebut akan tersedot pahalanya,alias berkurang andai kita pernah menyakiti atau jahat pada orang lain,siapapun itu.Orang tua,suami,teman,pacar dan orang-orang yang pernah kita temui selama kita hidup.Ya Tuhan,selama ini aku selalu merasa tersakiti,padahal pasti aku juga pernah menyakiti.Lalu apa untungnya? Jika semua itu hanya akan mengurangi catatan amal yang sudah aku perbuat,bahkan dalam keadaan paling sulit.Apa arti sholat ini? Apa arti puasa ini? Apa arti ibdahku ini? Jika aku belum bisa memaafkan? Semua hanya sia-sia ? Wahai hati,wahai daging yang jadi cermin jiwaku,berdamailah…maafkan dia,maafkan dirimu,maafkan semua orang yang kau anggap menyakiti itu.Agar usahaku untuk menjadi hamba yang baik bisa tercapai.Agar amal kebaikannku tak tersedot oleh siapapun.Jika memang bercinta hanya membuatku lebih sulit untuk menjadi baik,mari hati..mari bantu aku untuk bersabar saja,hingga ada jodoh dari-Nya.

Tetap percaya,tetap di sampingku..
Ku akan bertahan dengan semua beban
Walau terluka hatiku
Kala senja telah hilang dan tenggelam,kala hati telah terluka dan terbuang
Sekuat mungkin ku akan membuktikan,bahwa senja pasti akan tergantikan fajar

No comments:

Post a Comment